Contoh PTK


BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika diberikan kepada siswa mulai dari pra sekolah sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta didik berpikir logis analitis, sistematis kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Dalam pembelajaran matematika hendaknya guru menggunakan strategi, metode yang bervariasi agar kompetensi yang digarapkan tercapai. Guru harus mempunyai kemampuan mengelola pembelajaran dan mengomptimalkan sumber daya yang ada.

Era otonomi daerah dan globalisasi menuntut pembelajaran matematika mengambil bagian dalam mendorong kemajuan budaya dan potensi serta tehnologi informasi. Dengan kata lain pembelajaran matematika harus mampu mendorong siswa untuk menghargai tehnologi, budaya dan memanfaatkan dan menggali potensi daerah dalam kehidupannya. Untuk itu guru hendaknya memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan dan tehnologi informasi dalam pembelajaran.

Pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya belum berjalan sebagaimana mestinya. Dari temuan dilapangan antara lain: 1) pembelajaran dikelas hanya berdasar materi yang ada pada buku pegangan 2) pembelajaran masih konvensional kurang bervariasi, metode ceramah yang jadi unggulan 3) sumber belajar masih terfokus pada buku cetak belum melibatkan ICT dan lingkungan. (Balitbang, Depdiknas : 2007)

Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Specifik Diagnostic Studies dari Rockville, Maryland mengungkapkan bahwa kelas apapun subyek apapun dan di sekolah manapun terdapat rata-rata 29% siswa dengan dominasi visual, 34% siswa dengan dominasi auditory dan 37% dengan dominasi kinestetik.( Paul Ginnis, 2008 : 48). Jika guru mengajar dengan mengandalkan ceramah saja maka guru tersebut hanya mengajar sebagaian siswanya saja khususnya yang pandai sedang sebagian besar tidak bisa menikmatinya.

Pembelajaran matematika di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karangkobar  terdiri dari 32 siswa. Dari hasil ulangan harian diperoleh tertinggi 100, terendah 30 dan rata-rata 72,44. Ketuntasan belajar 59,4% atau 19 siswa, sehingga masih terdapat 13 siswa atau 40,6% yang belum tuntas. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 1 Karangkobar 67.

Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dan refleksi diri, ada permasalahan pembelajaran matematika di kelas VIIA. Hasil belajar siswa belum optimal hal ini ditunjukkan masih terdapat siswa yang belum tuntas. Motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika kurang karena sebagian siswa mengangkap matematika menakutkan dan kurang bermanfaat baginya.

Persamaan linier satu peubah merupakan materi yang diberikan di kelas VII semester 1. Berdasarkan pengalaman empirik dalam mengajarkan materi persamaan linier satu variabel sering mengalami kendala. Siswa tidak paham arti variabel  dan konstanta sehingga sering dijumpai  2x + 5 = 9 ekuivalen  dengan 7x = 9. Guru dalam mengajarkan masih berorientsi pada hasil sehingga selalu menekankan pindah ruas dan jika pindah tanda berubah padahal ini bertentangan dengan konsep  persamaan. Siswa belum mahir dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sering dijumpai –5 + 3 = – 8.

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di atas perlu dicari akar permasalahannya. Dari hasil diskusi dan kajian terdapat dokumen guru belum optimalnya hasil belajar dan rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan antara lain 1) guru dalam pembelajaran belum menggunakan alat peraga, 2) guru hanya mengajar hanya menggunakan buku cetak sebagai sumber belajar, 3) guru belum memanfaatkan lingkungan dan tehnologi sebagai sumber belajar.

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di atas penulis memberikan alternatif  melakukan pembelajaran dengan model perolehan konsep (Concept Attainment Model) melalui media konkret dan semi konkret dan turnament. Media konkret yang digunakan adalah biji salak dan cepuk (wadah bekas). Sedangkan media semi konkret yang digunakan adalah visualisasi komputer menggunakan program power point.

Biji salak merupakan barang yang tidak terpakai dan mudah sekali diperoleh karena salak merupakan komoditi terbesar  di Banjarnegara. Cepuk ( bekas wadah makanan, konsmetika ) selama ini dibuang percuma dan mengakibatkan polusi tanah dapat digunakan untuk pembelajaran. Komputer merupakan lambang tehnologi. Sehingga melalui pembelajaran ini penulis mencoba mengoptimalkan sumber daya lingkungan (biji salak dan cepuk) dan tehnologi ( komputer ).

Turnamen merupakan ajang kompetisi bagi siswa. Melalui kegiatan tournament atau lomba siswa akan termotivasi untuk berusaha menjadi yang terbaik. Masing-masing siswa akan berkompetisi pada akhir pembelajaran, mereka akan berusaha agar kelompoknya menjadi yang terbaik.

Dari uraian di atas maka pembelajaran menggunakan model perolehan konsep (Concept Attainment Model ) melalui media konkret semi konkret di singkat KSK dan turnamen dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Dengan hasil belajar dan motivasi belajar yang tinggi maka kualitas pembelajaran meningkat pula.

 

  1. B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

  1. Apakah penggunaan Concept Attainment Model melalui media KSK ( biji salak dan komputer ) dan turnamen dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi persamaan linier satu variabel?
  2. Apakah penggunaan Concept Attainment Model melalui media KSK ( biji salak dan komputer ) dan turnamen dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

 

 

  1. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
    1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi persamaan linier satu variabel setelah mengikuti pembelajaran  Concept Attainment Model melalui media KSK ( biji salak dan komputer ) dan turnamen.
  2. Untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan Concept Attainment Model melalui media KSK ( biji salak dan komputer ) dan turnamen
  3. Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pembelajaran matematika menggunakan Concept Attainment Model melalui media KSK ( biji salak dan komputer ) dan turnamen

 

  1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.

  1. Bagi Siswa

0)      Memberikan pengalaman bagi siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan melalui pembelajaran yang bervariatif.

1)      Meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dengan memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai menjadi sumber belajar.

2)      Memberi pengalaman bagi siswa untuk menggunakan tehnologi informasi dan komunikasi

3)      Meningkatkan kerja sama, motivasi, dan sportivitas melalui kegiatan turnamen.

4)      Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran baru yang menarik.

 

  1. Bagi Guru

0)      Mendapatkan pengalaman menggunakan strategi baru yang dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa

1)      Mendapatkan model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran matematika.

2)      Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui penelitian tindakan kelas.

 

  1. Bagi Sekolah

0)      Mendapatkan acuan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan

1)      Memberi masukan pada sekolah dalam rangka pelaksanan KTSP khususnya pembelajaran

  1. D. Kajian Teoritis
    1. Hakekat Belajar

Menurut Winkel ( 2004 : 59 ) Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan membekas. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perubahan akibat dari belajar. Belajar akan lebih efektif apabila si pembelajar melakukan dengan suasana menyenangkan dan dapat menghayati obyek pembelajaran secara langsung.

Menurut paham kontruktivis, belajar merupakan proses aktif dimana pelajar secara aktif mengkonstruksi belajarnya dari berbagai macam input yang diterimannya. Belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri.  Menurut Masnur ( 2007 : 52 ) makna belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman. Guru berperan memberikan fasilitas atau pengalaman agar siswa dapat membangun pemahaman sendiri.

 

  1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan pemahaman-pemahaman pengetahuan , ketrampilan dan sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Menurut Kosasih ( 2007: 50 ) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam siswa meliputi faktor kemampuan, motivasi, minat perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor luar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran.

Dalam proses pembelajaran , tipe hasil belajar yang diharapkan penting diketahui guru, agar pada tahap selanjutnya dapat mendesain secara tepat dan penuh makna. Setiap proses pembelajaran hendaknya tingkat keberhasilan dapat diukur. Menurut Gagne tipe hasil belajar ada lima kategori yaitu, 1) informasi verbal ( verbal information ), 2) ketrampilan intelektual ( intelektual skiil ), 3) strategi kognitif ( cognitive strategy ), 4) sikap ( attitude ), dan 5) ketrampilan motorik ( motor skiil ).

Hasil belajar yang diharapkan pada pendekatan kurikulum berbasis kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan atau kompetensi di jenjang pendidikan dijabarkan menjadi standar kompetensi untuk tiap mata pelajaran.

Hasil belajar siswa yang diharapkan adalah kemampuan lulusan yang utuh mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor dan kemampuan afektif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hierarkhis terdiri dari pengetahuan, pemahamam, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak. Kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial, sikap, minat, disiplin, dan sejenisnya.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa diperlukan penilaian. Penilaian dilaksanakan guru merupakan penilaian berbasis kelas. Jenis penilaian meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Hasil penilaian dimanfaatkan untuk, 1) mengetahui kemajuan hasil belajar, 2) mengetahui konsep-konsep atau teori-teori yang belum dikuasai, 3) memotivasi belajar siswa, 4) memperbaiki strategi belajar.

 

  1. Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri peserta didik yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan dalam bidang matematika, bidang lain atau kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya pembelajaran matematika di sekolah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Guru harus memilih metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya pembelajaran aktif dan bermakna.

Ciri-ciri pembelajaran matematika yang kontekstual mengacu pada 7 komponen utama dari pembelajaran kontektual dan karakteristiknya. Tujuh komponen itu adalah kontruktivisme, menemukan, bertanya, komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Sedangkan karakteristik pembelajaran kontekstual adalah: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, dan tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. (Dit PLP, 2003: 10-21)

 

  1. Motivasi Belajar

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri siswa yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Hamalik (2008: 158-169) perubahan perasaan atau emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Seorang terlibat suatu diskusi, kerena ia merasa tertarik pada masalah yang dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. Sedangkan siswa yang bermotivasi memberikan respon-respon ke arah suatu tujuan.

Ada tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi, yaitu sebagai berikut.

  1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan dalam sistem neorupisiologis.
  2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis lalu suasana emosi. Suasana emosi menimbulkan kelakuan yang bermotif.
  3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan . Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi itu meliputi :

  1. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
  2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi menentukan cepat atau lambatnya suatu kegiatan.

Pentingnya motivasi dalam proses belajar menuntut guru untuk berupaya agar siswanya memiliki motivasi belajar, karena siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan memacu tercapainya tujuan pembelajaran.

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk membangkitkan atau menggerakkan motivasi belajar siswanya. Menurut Usman (1999:29) tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya ( motivasi ekstrinsik).

a         Motivasi Intrinsik

Siswa mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu ia rajin tanpa ada suruhan dari orang lain.

b        Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, paksaan dari orang lain sehingga ia mau melakukan sesuatu atau belajar

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut berbagai cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik.

  1. Kompetisi (persaingan)

Guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

  1. Tujuan pembelajaran yang jelas

Pada awal kegiatan belajar mengajar guru menyampaikan tujuan pembelajaran supaya siswa berusaha mencapai tujuan tersebut. Semakin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu dan makin besar motivasi untuk melakukan perbuatan.

 

  1. Kesempurnaan untuk sukses

Kesuksesan akan menimbulkan rasa puas, kesenangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Dengan demikian guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan usaha sendiri.

 

  1. 5. Concept Attainment Model

Pendekatan pembelajaran perolehan konsep (Concept Attainment Model ) adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membantu siswa memahami konsep tertentu. Pendekatan ini dapat diterapkan pada semua tingkatan umur dari anak-anak sampai dewasa. Pendekatan ini lebih tepat digunakan ketika pendekatan lebih menitikberatkan pada pengenalan konsep baru, melatih berpikir induktif, dan melatih berpikir analitis. ( Hamzah, 2007: 10-12).

Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap. Pertama adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep. Kedua, kategori yang tidak sesuai disingkirkan , dan kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep. Ketiga, meyimpulkan konsep.

Model perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya lebih langsung. Artinya guru lebih banyak memimpin. Model ini terdiri dari tiga tahapan mengajar. Pertama, guru menyajikan contoh/ peragaan. Tahap kedua, siswa menguji perolehan konsep mereka. Tahap ketiga, mengajak siswa untuk menganalisis/ mendiskusikan strategi sampai mereka memperoleh konsep tersebut.

 

  1. Media KSK

Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa. Sehingga media secara mendasar berpotensi bagi siswa untuk mengembangkan kepribadiaanya. (Angkowo, 2007:12)

Jenis media dalam pembelajaran antara lain, media grafis, media, media tiga dimensi, Media proyeksi dan lingkungan. Media KSK  merupakan gabungan dari keempat jenis media di atas. Karena media KSK terdapat unsur grafis, tida dimensi, proyeksi, dan lingkungan.

Media KSK merupakan kependekan dari media konkret dan semi konkret. Ini merupakan implementasi dari perkembangan belajar  Jeome S Bruner. Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif. Proses internalisasi tersebut terjadi sungguh-sungguh jika pengetahuan yang dipelajari dalam tiga tahap yang macam dan urutannya sebagai berikut:

  1. Tahap enaktif, yaitu tahapan pembelajaran dilakukan secara aktif menggunakan benda-benda kongkret.
  2. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk gambar.
  3. Tahap simbolik, suatu tahap pembelajaran di mana pengetahun direprensentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak.

Dalam mengimplementasikan teori belajar di atas penulis menggunakan media KSK ( Konkrit Semi Kongkret ) dalam pembelajaran persamaan linier satu variabel. Adapun pengertian media konkret semi konkret sebagai berikut:

  1. Media konkret

Benda konkret yang digunakan terdiri dari biji salak, cepuk, dan meja kesamaan.

1)      Biji salak, terdiri dari 2 macam yaitu biji salak tua yang berwarna hitam untuk menunjukkan bilangan bulat positif dan biji salak muda yang berwarna coklat muda untuk menunjukkan bilangan bulat negatif

2)      Cepuk dan tutup merupakan bekas wadah kosmetika atau makanan untuk menggambarkan variabel, wadahnya untuk menggambarkan variabel positif, sedangkan tutupnya menggambarkan variabel negatif.

3)      Meja persaman , terdiri dua meja yang kecil yang seimbang menunjukkan ruas kiri dan ruas kanan

 

 

  1. Media Semi Konkret

Media semi konkret yang digunakan adalah visualisasi komputer dengan menggunakan program power point. Dengan menggunakan power point peragaan benda konkret divisualisasikan dengan gambar animasi sehingga siswa lebih tertarik dan paham.

 

  1. Kegiatan Turnamen

Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan masalah-masalah persamaan linier satu variabel baik secara kelompok maupun secara individu. Setiap kelompok berlomba-lomba untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan benar dan cepat, sehingga penilainnya juga berdasarkan skor kebenaran jawaban dan skor kecepatan. Diharapkan dengan kegiatan turnamen akan tumbuh kerjasama, rasa tanggung jawab individu kepada kelompok, rasa memiliki kelompok dan loyalitas individu ke kelompoknya dapat dikembangkan. Melalui kegiatan turnamenlah siswa dapat menyumbangkan buah pemikirannya, lebih bekerjasama untuk membawa kelompoknya menjadi yang terbaik. Dengan kegiatan turnamen ini akan tumbuh rasa persaingan yang sehat antar kelompok, sehingga diharapkan akan tumbuh semangat belajar yang lebih tinggi. Pada akhir pembelajaran diadakan turnamen yang dilakukan secara individual. Nilai yang diperoleh masing-masing individu dikumulatifkan dengan nilai kelompok untuk menentukan pemenang. Di akhir kegiatan turnamen, bagi kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi layak mendapat hadiah. Pemberian hadiah ini  merupakan bentuk penghargaan yang dapat menjadi motivasi kembali agar siswa dapat belajar lebih giat pada kegiatan berikutnya. Pada siklus 2 untuk menghindari ketimpangan kemampuan intelektual antar kelompok maka penghargaan diberikan tidak hanya kepada kelompok tertinggi tetapi kepada kelompok yang mampu meningkatkan skor paling tinggi. Hal ini semakin mendorong kepada teman yang lebih mampu membimbing kepada teman satu kelompok ya g kurang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

 

  1. A. Prosedur Penelitian

Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 2 ( dua ) siklus. Masing-masing siklus meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflekting). Adapun  kegiatan yang dilakukan masing-masing siklus sebagai berikut:

  1. Siklus 1
    1. Perencanaan

1)      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus 1

2)      Membuat alat peraga, dan mengumpulkan benda-benda konkret yang diperlukan dan membuat tampilan power point.

3)      Menyusun intrumen penilaian meliputi soal turnamen dan soal ulangan harian.

4)      Menyusun lembar observasi tentang motivasi siswa.

5)      Membentuk kelompok

 

  1. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari 2 (dua) pertemuan. Materi menentukan persamaan yang ekuivalen.

Pertemuan Pertama

1)      Guru menyampaikan materi persamaan linier satu variabel menggunakan benda konkret, biji salak hitam dan coklat muda, dan cepuk mulai yang sederhana ke kompleks

2)      Guru mempresentasikan visualisasi peragaan dalam power point

3)      Siswa berdiskusi kelompok, untuk mengerjakan soal persamaan linier satu variabel

Pertemuan kedua

1)      Siswa melakukan turnamen secara kelompok, penilaian meliputi kecepatan dan ketepatan langkah-langkahnya

2)      Siswa mengerjakan tes secara individual

3)      Memberi penghargan kepada kelompok yang mendapat skor kumulatif tertinggi dari nilai kelompok maupun nilai individual

 

  1. Observasi

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dilakukan pengamatan oleh observer. Observer melakukan pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan duduk di belakang siswa. Pengamatan difokuskan pada dampak pembelajaran menggunakan model perolehan konsep ( Concept Attainment Model ) dengan media KSK dan turnamen terhadap motivasi siswa.

Motivasi siswa diamati dengan melipat seberapa tinggi melakukan respons untuk mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur yang diamati meliputi:

1)      respons siswa terhadap penjelasan guru

2)      respons siswa terhadap peragaan

3)      respon siswa terhadap visualisasi komputer

4)      respons siswa terhadap tugas kelompok

5)      respons siswa terhadap tugas individual

Pengamatan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan dan didiskusikan antara observer dan penulis.

 

  1. Refleksi

Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kolaborator/observer segera setelah berakhirnya pelaksanaan siklus I. Refleksi membahas, menganalisis dan mengevaluasi hasil pengamatan, hasil tes dan tanggapan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model perolehan konsep ( Concept Attainment Model ) dengan media KSK dan turnamen.

Pada saat refleksi penulis bersama observer melakukan diskusi untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran? Adakah siswa yang masih memiliki motivasi rendah? Mengapa demikian?
  2. Berapa kenaikan rata-rata hasil tes dibanding dengan ulangan harian sebelumnya? Apakah masih ada siswa yang belum tuntas? Mengapa?
  3. Apa yang perlu diperbaiki pada untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

 

  1. Siklus 2
    1. Perencanaan

Dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I maka perencanaan siklus 2 sebagai berikut:

1)      Siswa membuat dan membawa alat peraga dari rumah

2)      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus 2

3)      Membuat soal ulangan harian siklus 2

4)      Membuat lembar kerja

 

  1. Pelaksanaan

Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan dengan materi menyelesaikan persamaan linier satu peubah. Pada siklus 2 peragaan tidak dilakukan oleh guru tetapi oleh siswa pada kelompoknya masing-masing. Tetapi karena keterbatasan sarana prasarana visualisasi dibuat oleh guru. Sebagai bahan untuk pemantapan hasil diskusi. Turnamen dilakukan antar kelompok, sebagai kelompok terbaik bukan yang sekor tertinggi tetapi kelompok yang mengalami peningkatan tertinggi.

Pertemuan Pertama

1)      Kelompok mempersiapkan alat peraga yang dibawa dari rumah

2)      Guru membagi lembar kerja pada masing-masing kelompok

3)      Siswa melakukan peragaan secara bergantian di kelompoknya masing-masing

4)      Masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas, untuk efisien waktu setiap kelompok mendapat bagian satu nomor, yang lain memperhatikan dan menanggapi

5)      Guru melakukan pemantapan melalui visualisasi tayangan LCD proyektor

Pertemuan kedua

1)      Siswa melakukan turnamen secara kelompok, penilaian meliputi kecepatan dan ketepatan langkah-langkahnya

2)      Siswa mengerjakan tes secara individual

3)      Memberi penghargaan kepada kelompok yang mendapat peningkatan tertinggi  dari nilai individual maupun kelompok

 

  1. Pengamatan

Sebagaimana siklus 1 observasi dilakukan oleh kolaborator pada saat pelaksanaan tindakan siklus 2. Observer duduk di belakang siswa melalukan pengamatan berbekal lembar observsi. Observer juga meminta beberapa siswa untuk memberikan tanggapan kaitan pembelajaran dengan menggunakan model perolehan konsep melalui media KSK ( biji salak dan visualisasi komputer ) dan turnamen. Selanjutnya hasil observasi menjadi bahan diskusi pada saat refleksi.

 

  1. Refleksi

Setelah berakhirnya pembelajaran siklus 2  penulis dan observer melakukan diskusi terhadap hasil pengamatan, tanggapan siswa dan hasil tes akhir siklus 2. Sebagaimana refleksi siklus 1, kegiatan ini membahas peningkatan yang dicapai dibanding dengan siklus 1 maupun kondisi awal, keberhasilan dan kekurangn terhadap tindakan yang telah dilakukan, membuat kesimpulan dan saran hasil penelitian.

 

  1. B. Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VIIA ( Kelas Media ) SMP Negeri 1 Karangkobar semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Kelas VIIA terdiri dri 32 siswa , 26 putri dan 6 putra. Mulai tahun pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 1 Karangkobar sebagai sekolah standar nasional membuka kelas media. Input siswa kelas media adalah siswa yang memiliki prestasi akademik peringkat 1, 2, 3 pada saat kelas VI SD dan seleksi berdasarkan nilai raport. Walaupun siswanya merupakan peringkat 1, 2, 3 di SDnya namun karena kondisi SD satu dengan lainnya mempunyai karakter yang berbeda-beda maka kondisi siswa di kelas media juga sangat heterogen.

 

  1. C. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data meliputi teknik tertulis atau tes dan teknik non tes. Teknik tertulis melalui ulangan harian dan tugas. Teknik non tes melalui pengamatan atau observasi yang dilakukan kolaborator tentang keaktifan siswa dan angket pengaruh tindakan terhadap mata pelajaran matematika.

Untuk mengumpulkan data diperlukan alat pengumpul data atau instrument. Untuk ulangan harian instrumen berupa butir soal. Data motivasi  siswa dikumpulkan dengan instrumen lembar pengamatan / observasi. Sedang tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan wawancara.

Pengumpulan data dilakukan bersama dengan observer atau teman sejawat dengan identitas dan tugas sebagai berikut :

Nama                              : Puji Astuti, S.Pd

Tugas Mengajar               : Guru Matematika

Tugas Observer               :  1.Mengobservasi pelaksanaan pembelajaran pada saat penelitian mulai siklus pertama sampai selesai.

2.Memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran

 

  1. D. Validasi Instrumen Penelitian

Validasi diperlukan agar data yang diperoleh benar-benar valid. Hasil ulangan harian divalidasi dengan dua cara yaitu validasi teoritik dan validasi empirik. Validasi teoritik diperoleh melalui kisi-kisi soal ulangan harian secara kolaboratif dengan teman sejawat sehingga soal yang disusun benar-benar mengukur hasil belajar siswa. Validasi empirik dengan menggunakan program ANATES

Untuk data kualitatif yaitu hasil observasi dan angket divalidasi melalui metode triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber  yaitu membandingkan data dari beberapa sumber. Triangulasi metode yaitu mengambil data dari beberapa metode yaitu observasi, tes dan wawancara

 

  1. E. Tehnik Analisis Data

Hasil belajar siswa  dianalisis melalui deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil ulangan harian kondisi awal, hasil ulangan harian siklus 1 dan hasil ulangan harian siklus 2 . Teknik yang digunakan untuk menganalisis data antara lain teknik pemilahan data, penafsiran data dan penyimpulan. Data kualitatif hasil observasi atau pengamatan dan angket siswa dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi, angket minat  dan refleksi pada masing-masing siklus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

  1. A. Hasil Penelitian
    1. Kondisi Awal

Pembelajaran matematika pada umumnya selama ini yang penulis lakukan masih konvensional. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran yang banyak, jika menggunakan metode yang bermacam-macam, tidak selesai, padahal matematika termasuk mata pelajaran yang diujiannasionalkan. Pembelajaran yang penulis lakukan begitu masuk menanyakan PR, menyampaikan materi, memberi contoh, latihan soal, sampai waktu habis , terus berulang-ulang. Pada akhir materi diberikan ulangan, hasilnya sangat mengecewakan.

Kelas VIIA SMP Negeri 1 Karangkobar merupakan kelas percontohan, karena dalam pembelajarannya diharapkan guru menggunakan media. Tetapi penggunaan media, bukan tidak ada masalah, karena guru harus menyiapkan media dari rumah, sarana prasarana yang kurang, biaya yang minim, juga yang lebih utama adalah kenyakinan guru dalam mengajar menggunakan alat peraga/ media akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding metode oral sangat kurang. Hal ini yang menjadi bahan refleksi penulis untuk melakukan penelitian pembelajaran menggunakan media KSK dan visualisasi komputer.

Kondisi awal pembelajaran matematika di kelas VIIA belum menggunakan alat peraga. Pembelajaran masih konvensional sebagaimana diterangkan di atas. Dari hasil ulangan harian diperoleh rerata 72,44 dan ketuntasan belajar 59,4% . Kelas VIIA merupakan kelas unggulan harapan saya semua siswa dapat tuntas belajar atau ketuntasan belajar 100%.

Untuk mengetahui penyebab kegagalan saya mengajar di kelas VIIA saya mencoba melakukan refleksi dengan bertanya kepada siswa. Saya bertanya kepada dua anak yang mendapat nilai tertinggi dan terendah.

Ratri ulangan mendapat nilai 100 berpendapat,

” Saya senang terhadap mata pelajaran matematika, saya selalu mengerjakan PR, tetapi saya kadang-kadang bosan pak guru hanya gitu-gitu aja, mengerjakan soal terus, padahal aku tak tau apa gunanya, saya penginnya sih pembelajaran matematika lebih santai, kalo bisa menyenangkan” (wawancara, agustus 2009)

 

Singgih, ulangan mendapat nilai 30 mengatakan,

” Saya takut pelajaran matematika, ngitung melulu, membosankan. Aku tidak tau mengapa saya dapat nilai jelek padahal aku sudah belajar. Harapan saya guru mengajar yang santai, tidak suka marah, dan menyenangkan

 

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran selama ini masih monoton, kurang bervariasi sehingga membosankan. Untuk itu penulis akan mencoba mengubah cara mengajar yaitu pembelajaran menggunakan model perolehan konsep (Concept Attainment Model) dengan media KSK ( biji salak, cepuk, dan visualissi komputer) dan turnamen pada materi persamaan linier satu variabel.

 

  1. Deskripsi Siklus 1
    1. Pelaksanaan Pembelajaran

Siklus 1 terdiri dari dua pertemuan, pertemuan pertama untuk menyampaikan materi menentukan persamaan yang ekuaivalen dengan media KSK, sedangkan pertemuan kedua untuk kegiatan turnamen.dan evaluasi. Pertemuan pertama pada hari Senin, 10 Agustus 2009  dan pertemuan kedua hari Selasa, 11 Agustus 2009.

Ketika penulis masuk ke ruang kelas VIIA, anak-anak memperhatikan alat peraga yang saya bawa, karena tidak biasanya saya membawa kardus yang berisi alat-alat yang diperlukan, kemudian saya membuka pelajaran dengan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari melalui penayangan LCD proyektor kemudian menyampaikan contoh PLSV dan contoh yang bukan PLSV selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana menentukan persamaan yang ekuivalen.

Alat yang digunakan adalah

1)      Timbangan persamaan untuk kesamaan ruas kiri dan ruas kanan

2)      Biji salak untuk menunjukkan besar konstanta, biji salak tua/ hitam menunjukkan bilangan positif, sedangkan biji salak muda/ coklat muda untuk menunjukkan bilangan  negatif.

3) Cepuk (wadah bekas ) makanan, kosmetika untuk menunjukkan variabel, wadahnya untuk menunjukkan variabel positif sedangkan tutup untuk menunjukkan variabel negatif

Gambar 3.1. Timbangan Kesamaan

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.3. Biji Salak Coklat Muda Lambang Bilangan Negatif

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.4. Cepuk/ wadah sebagai Lambang Variabel Positif dan Tutup untuk Variabel Negatif
Gambar 3.5. Guru sedang Memperagakan

 

 

 

Penulis memperagakan beberapa contoh cara menentukan persamaan yang ekuivalen dari sederhana sampai kompleks

Contoh  : Tentukan persamaan yang ekuivalen dari PLSV 2x + 5 = 9

Peragaan sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah memperagakan beberapa contoh guru memvisualisasikan peragan tersebut melalui LCD proyektor. Visualisasi dibuat dalam program power point. Tayangan dibagi menjadi dua bagian yaitu visualisasi peragaan dan abstraksi. Penayangan abstraksi merupakan bentuk persamaan ekuivalen sebagaimana biasa siswa mengerjakan di buku tulis.

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.6. Visualisasi Peragaan ( Semikongkrit )

 

Pertemuan kedua merupakan kegiatan turnamen. Turnamen meliputi dua tahap yaitu tahap pertama turnamen antar kelompok, tahap kedua turnamen antar individu. Turnamen kelompok yang dinilai meliputi ketepatan dan ketepatan. Skor turnamen kelompok dan individu dikumulatifkan, kelompok yang mendapatkan nilai kumulatif paling besar mendapatkan penghargaan/ hadiah. Hasil turnamen diperoleh skor tertinggi kelompok II dengan jumlah 470.

 

 

 

 

Gambar 3.9 Kelompok yang Mendapat Skor Tertinggi Menerima Hadiah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 3.1.  Daftar Skor Turnamen Siklus 1

NO. KELOMPOK NAMA KETUA JUMLAH SKOR PERINGKAT
1 II EVI FITRIANI 470 Peringkat 1
2 V EVA FITRIANA 450 Peringkat 2
3 VII LUKMANA DEWI 396 Peringkat 3
4 I DYAH RATRI YULIANA S 393 Peringkat 4
5 III AMANAH FEBRIAN INDRIANI 364 Peringkat 5
6 VI LINA FEBRIANTI 329 Peringkat 6
7 IV WIDIYANTI MAFIKASARI 318 Peringkat 7
8 VIII SAFRIDA ZAHRIN KHAIRINA 290 Peringkat 8

 

  1. Hasil Belajar

Hasil belajar diukur melalui tes pada saat turnamen individual. Dari hasil evaluasi diperoleh rata-rata nilai akhir siklus 1 adalah 75,91. Yang mendapatkan nilai 100 ada 5 anak, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimat) 67 ada 8 siswa. Ketuntasan Belajar sebesar 75%. Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut.

Tabel 3.2. Nilai Ulangan Siklus 1

RERATA TERTINGGI TERENDAH KETUNTASAN BELAJAR
75,91 100 40 75,0%

 

  1. Hasil Pengamatan Motivasi Siswa

Hasil observasi motivasi siswa diamati dari 4 (empat) aspek yaitu respons terhadap penjelasan guru, respons terhadap peragaan, respon terhadap tugas kelompok dan respons terhadap tugas individu. Masing-masing aspek ada empat kategori kurang(1), sedang (2), tinggi (3) dan amat tinggi (4). Dari pengamatan diperoleh rerata respon  terhadap penjelasan guru 3,13 (tinggi), respons terhadap peragaan 3,5 (amat tinggi), respons terhadap tugas kelompok 3,34 (tinggi), dan respons terhadap tugas individu 3,16 (tinggi) . Untuk lebih jelas hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Hasil Pengamatan terhadap Motivasi Siswa

Siklus 1

 

No. Aspek yang Diamati Rerata % Skor Kriteria
1. Respons terhadap penjelasan guru 3,13 78,2% Tinggi
2. Respons terhadap peragaan 3,50 87,5% Amat Tinggi
3. Respons terhadap tugas kelompok 3,34 83,5% Tinggi
4. Respons terhadap tugas individu 3,16 79,0% Tinggi
Rerata 3,28 82,0% Tinggi

 

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa melalui pembelajaran model perolehan konsep (Concept Attainment Model) dengan media KSK( biji salak, cepuk dan visualisasi komputer)  memiliki rata-rata 3,28 atau 82,0% (tinggi). Hal ini senada yang disampaikan beberapa siswa berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

Pendapat Safrida:

Saya sangat menyenangi pembelajaran dengan menggunakan peragaan seperti tadi, saya semakin paham, namun selaku ketua kelompok saya masih bingung menjelaskan kepada teman-teman anggota kelompok saya, besok saya akan membawa alat peraga agar bisa menjelaskan kepada teman yang kurang mampu.

 

Pendapat Bima Ristianto

 

Saya senang pembelajaran dengan mengunakan biji salak, saya tertarik dan mudah paham, pertemuan yang akan datang saya minta pak guru menggunakan biji salak lagi. Kekurangannya menurut saya pak guru kurang adil, yang juara pasti yang anggotanya pinter-pinter.

 

Dari hasil refleksi dengan teman sejawat dan mempertimbangkan pendapat beberapa siswa, kegiatan dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan antara lain, peragaan dilakukan oleh siswa pada kelompoknya, masing-masing kelompok mempresentasikan didepan kelas, turnamen tetap dilakukan namun yang mendapat penghargaan bukan yang skor tertinggi namun, kelompok yang mampu meningkatkan skor paling banyak.

 

  1. Deskripsi Siklus 2
    1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama peragaan dalam kelompok dan pertemuan kedua turnamen. Kelompok pada siklus 2 ini sama seperti siklus 1 sehingga masing-msing kelompok termotivasi untuk berkompetisi mendapatkan hasil yang terbaik pada kelompoknya. Alat peraga meliputi biji salak dan cepuk dibawa dari rumah, sedangkan papan ruas kanan dan kiri disiapkan oleh guru.

Pelaksanaan siklus 2 hari Rabu dan Kamis tanggal 19 dan 20 Agustus 2009. Pada pertemuan pertama guru menyampaikan materi tentang menyelesaikan persamaan linier satu variabel dengan peragaan dan visualisasi komputer. Setelah itu dilanjutkan siswa meragakan dikelompoknya secara bergantian. Setelah selesai diskusi kelompok dilanjutkan presentasi untuk menghemat waktu masing-masing kelompok mempresentasikan satu nomor secara bergantian. Kelompok lain menanggapi/ bertanya jika ada yang kurang tepat.

 

Gambar 3.10. Peragaan dalam Kelompok
Gambar 3.11. Siswa Mempresentasikan

 

 

 

 

 

 

 

 

Pertemuan kedua turnamen antar kelompok dan individu. Setelah selesai diperoleh hasil semua kelompok mengalami peningkatkan skor dari 5 poin sampai 191. Peningkatan tertinggi diperoleh kelompok VIII dengan peningkatan 191 dengan ketua Safrida Zahrin Khairina. Adapun hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4. Daftar Peningkatan Perolehan Skor Turnamen Siklus 2

NO. KELOMPOK JUMLAH SKOR SIKLUS I JUMLAH SKOR SIKLUS II KENAIKAN PERINGKAT
1 VIII 290 481 191 Peringkat 1
2 III 364 470 106 Peringkat 2
3 VI 329 434 105 Peringkat 3
4 IV 318 379 61 Peringkat 4
5 I 393 439 46 Peringkat 5
6 V 450 461 11 Peringkat 6
7 VII 396 405 9 Peringkat 7
8 II 470 475 5 Peringkat 8

 

  1. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh dari skor turnamen individual pada akhir siklus 2  diperoleh rata-rata 87,03 dan ketuntasan belajar 87,5% sehingga hanya 4 siswa yang belum tuntas, yang mendapatkan nilai maksimal 100 ada 16 siswa. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

Tabel 3.5. Nilai Ulangan Siklus 2

RERATA TERTINGGI TERENDAH KETUNTASAN BELAJAR
87,03 100 40 87,5%

 

  1. Hasil Pengamatan Motivasi Siswa

Dari hasil pengamatan motivasi siswa secara umum mengalami kenaikan dibanding siklus 1. Dari pengamatan diperoleh rerata respons terhadap penjelasan guru 3,41 (tinggi), respons terhadap peragaan 3,72 (amat tinggi), respons terhadap tugas kelompok 3,75 (amat tinggi), dan respons terhadap tugas individu 3,59 (amat tinggi) . Untuk lebih jelas hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

 

Tabel 3.6. Hasil Pengamatan terhadap Motivasi Siswa

Siklus 2

No. Aspek yang Diamati Rerata % Skor Kriteria
1. Respons terhadap penjelasan guru 3,41 85,2% Amat Tinggi
2. Respons terhadap peragaan 3,72 93,0% Amat Tinggi
3. Respons terhadap tugas kelompok 3,75 93,8% Amat Tinggi
4. Respons terhadap tugas individu 3,59 89,8% Amat Tinggi
Rerata 3,59 89.8% Amat Tinggi

 

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa melalui pembelajaran model perolehan konsep (Concept Attainment Model) dengan media KSK( biji salak, cepuk dan visualisasi komputer) Amat tinggi.

 

  1. B. Analisis Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model perolehan konsep ( Concept Attainment Model ) dengan media KSK ( biji salak dan visualisasi komputer ) dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Hal ini terbukti secara berkesinambungan antara siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan kedua variabel tersebut mengalami kenaikan yang signifikan.

Peningkatan hasil belajar siswa akibat penggunakan Model CAM dengan media KSK pada siklus I rata-rata 75,91 dan ketuntasan belajar 75%. Jika dibanding dari kondisi awal rata-rata mengalami kenaikan 3,47 dan ketuntasan belajar naik 15,6%. Hal ini sesuai pendapat Moh. Uzer Usman (1999:31) bahwa belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga dari pada siswa belajar tanpa dibantu alat pengajaran. Hasil belajar pada siklus 2 rata-rata 87,03 dan ketuntasan belajar 87,5 sehingga hasil belajar siswa dibanding siklus 1 mengalami kenaikan rata-rata 11,12 dan ketuntasan belajar 12,5%. Jika dibanding dengan kondisi awal rata-rata pengalami kenaikan 14,59 dan ketuntasan belajar naik 28,1%.  Pada siklus 2 siswa melakukan peragaan langsung atau mendapatkan pengalaman langsung menyebabkan pemahaman siswa terhadap konsep meningkat tajam. Hal ini sejalan dengan pendapat Edgar Dale dalam Ahmad Rohani ( 2004:163) bahwa peserta didik dapat belajar melalui pengalaman langsung, mengamati orang lain melakukan dan membaca lambang/ visual.

 

Gambar 3.12.  Nilai Rata-rata Ketuntasan Belajar Kondisi Awal,

Siklus 1 dan Siklus 2

 

Peningkatan motivasi belajar siswa akibat pengaruh penggunaan media KSK sangat signifikan. Penggunaan media dan turnamen pada siklus 1 berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Penggunaan media sebagaimana pendapat Angkowo (2007)  berfungsi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dan sebagai alat komunikasi yang lebih konkret pada siswa sehingga lebih mudah dipahami. Penggunaan turnamen juga merangsang motivasi siswa karena kerja kelompok maupun persaingan mendorong siswa untuk bekerja sama dan saling membantu sesama kelompok agar kelompoknya menjadi yang terbaik. Turnamen atau persaingan memberi motif pada siswa untuk memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain (Usman, 2007:29)

Peningkatan motivasi juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa hal ini sebagaimana pendapat Angkowo (2007:36) adanya motivasi yang kuat dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik , adanya usaha yang tekun, telaten, rajin, yang didasari motivasi yang kuat akan membangun siswa berprestasi lebih baik. Intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

  1. A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan antara lain.

  1. Pembelajaran menggunakan Concept Attainment Model dengan media KSK (biji salak dan visualisasi komputer) dan turnamen dapat memberikan pengaruh peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa secara optimal jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan peragaan langsung dan penghargaan turnamen kepada kelompok yang mampu meningkatkan prestasinya secara maksimal.
  2. Pembelajaran menggunakan Concept Attainment Model dengan media KSK (biji salak dan visualisasi komputer) dan turnamen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Karangkobar terhadap materi persamaan linier satu variavel dengan rata-rata 72,44 menjadi 87,05 dan ketuntasan belajar dari 59,4% menjadi 87,5%
  3. Pembelajaran menggunakan Concept Attainment Model dengan media KSK (biji salak dan visualisasi komputer) dan turnamen dapat berpengaruh terhadap  motivasi belajar siswa menjadi Amat Tinggi

 

  1. B. Saran-saran
    1. Mengingat penelitian ini baru berlangsung dua siklus, maka guru/ peneliti lain dapat melanjutkan agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan
    2. Pembelajaran menggunakan Concept Attainment Model dengan media KSK (biji salak dan visualisasi komputer) dan turnamen terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, guru yang mengajar pada kondisi yang relatif sama dapat menerapkan dalam mengajarkan persamaan linier satu vaariabel.
    3. Untuk daerah yang kesulitan mencari biji salak, dapat menggantinya dengan biji-bijian lain yang dapat melmbangkan bilangan positif dan negatif.
    4. Guru hendaknya dapat menciptakan strategi pembelajaran yang berdasarkan pada kemampuan / potensi awal siswa agar pembelajaran lebih bermakna
    5. Hendaknya guru terus melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
    6. Sekolah hendaknya mendorong guru dalam menyusun alat peraga, dengan memberi fasilitas berupa biaya pembuatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anggkowo, R dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : PT Grasindo

 

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika SMP. Jakarta : Depdiknas

 

————-. 2006. Standar Isi Matematika SMP/MTs. Jakarta : Depdiknas

 

Dit PLP, Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

 

Ginnis, Paul. 2008. Trik & Taktik Mengajar ( Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas). Jakarta: PT Indeks

 

Hamalik, Oemar, 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

 

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

 

———————. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : PT. Bumi Aksara

 

Rohani, Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran ( Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: Bumi Aksara.

 

Usman, Moh. Uzer. 1999. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

 

Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi

 

 

 

BIODATA PESERTA

LOMBA KEBERHASILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

TINGKAT  NASIONAL TAHUN 2009

1. N a m a Marsono, S.Pd
2. NIP 19690205 199203 1 011
3. Jabatan Guru
4. Pangkat/ Gol. Ruang Pembina, IV/a
5. Tempat dan tanggal lahir Sragen, 5 Pebruari 1969
6. Jenis Kelamin Laki-laki
7. Agama Islam
8. Mata Pelajaran yang diajarkan Matematika
9. Masa Kerja Guru 17 tahun 5 bulan
10. Judul Naskah Lomba Concept Attainment Model dengan Media KSK ( Biji Salak & Komputer ) dan Turnamen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Terhadap Materi PLSV
11. Pendidikan terakhir S1
12. Falkutas/Jurusan FKIP UT / Juruan Pendidikan Matematika
13. Status Perkawinan Kawin
14. Sekolah

  1. Nama Sekolah
  2. Jalan
  3. Desa
  4. Kecamatan
  5. Kabupaten
  6. Provinsi
  7. Kode Pos
  8. Telepon

 

SMP Negeri  1 Karangkobar

Jl. Raya Leksana

Leksana

Karangkobar

Banjarnegara

Jawa Tengah

53453

(0286) 641105

15. Alamat Rumah

  1. Jalan
  2. Desa
  3. Kecamatan
  4. Kabupaten
  5. Provinsi
  6. Kode Pos
  7. Telepon
  8. No. HP

 

Gayam RT 03 RW 06

Karangkobar

Karangkobar

Banjarnegara

Jawa Tengah

53453

(0286) 641263

081327413163

16. Prestasi dan Keberhasilan yang pernah dicapai a.  Juara II Guru Berprestasi Tingkat kabupaten tahun 2005

b. Finalis LKG tahun 2006

17. Lomba Keberhasilan Guru yang pernah diikuti Juara III LKG Tahun 2008

 

 

Karangkobar, 26 Agustus 2009

Mengetahui,

Kepala Sekolah,

 

 

SUKAMDI, S.Pd, M.M

NIP. 19631204 198503 1 005

 

Peserta Lomba

 

 

 

 

 

 

MARSONO, S.Pd

NIP. 19690205 199203 1 011

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar